Laylat al qadr secara harfiah diartikan malam penentuan atau malam kemuliaan. Secara metaforis disebut malam seribu bulan. Suatu malam permulaan Alquran diturunkan oleh Allah SWT. Peristiwa ini terjadi pada tahun 610 M. Ia merupakan satu di antara sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan.
Karena alasan itu, sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan sangat dimuliakan. Surah Al Qadr menerangkan, ''Kemuliaan itu melebihi seribu bulan ... malam yang diliputi kedamaian hingga terbit fajar.''
Para mufasir sepakat bahwa kehebatan malam al qadr sama dengan beribadah seribu bulan lamanya. Malam itu penuh berkah dan bermakna. Suatu nilai yang amat tinggi dan mulia dibanding malam dan bulan lainnya. Lafaz al qadr sengaja diartikan dengan malam penentuan dengan merujuk pada kata dasar al qadr yang berarti ketentuan atau keputusan.
Karena pada malam itulah ditentukan dan diputuskan turunnya Alquran ke bumi. Bahkan, malam itu menjadi momentum yang amat menentukan bagi mereka yang dekat dan ingat kepada Allah SWT.
Mengapa dalam banyak terjemahan, laylat al qadr diartikan malam kemuliaan? Boleh jadi para ahli berpandangan bahwa karena pada malam itu Allah SWT akan menurunkan segala keberkahan dan kesejahteraan buat umat manusia. Malam itu pun dipastikan menjadi mulia dan tinggi nilainya.
Saking mulianya malam itu, sehingga Allah SWT menyebutnya sebagai lebih mulia dan tinggi kualitasnya dari seribu bulan. Perbandingan metaforis ini memperlihatkan kebesaran dan keagungan laylat al qadr itu. Boleh jadi pula lafaz laylat al qadr disebut sebagai malam kemuliaan merujuk pada penamaan Kitab Alquran itu sendiri sebagai Al Kitab Al Karim yang berarti bacaan mulia. Sehingga, setiap momentum yang berkaitan dengan Kitab Suci ini disebut-sebut sebagai momentum kemuliaan.
Malahan dalam kehidupan kita sehari-hari, tanpa sadar kita sering bertemu dengan situasi yang mulia (laylat al qadr) tersebut. Situasi mulia ini amatlah menentukan kehidupan seseorang, maka ia disebut-sebut sebagai malam penentuan. Pada hakikatnya kita sering bertemu momentum-momentum tak terduga tapi mampu mengubah dan menentukan seluruh perjalanan sejarah hidup kita sebagai anak manusia. Bisa jadi momentum seperti itu hanya datang sekali seumur hidup. Ada juga orang mendapatkan momentum yang amat menentukan itu beberapa kali.
Namun, yang jelas tidaklah setiap pengalaman hidup manusia selalu bertemu dengan momen-momen kemuliaan itu. Karena itulah, laylat al qadr menjadi istimewa dan bernilai amat personal. Sebagai manusia, ingin sekali di malam penentuan ini kita bisa memperoleh tempat mulia dalam pandangan Allah SWT.
Kemuliaan itu kita peroleh setelah kita berjuang keras menjadi insan yang muhsin dalam setiap amal usaha yang kita lakukan.
Impian semua orang untuk memperoleh laylat al qadr tentu saja mulia dan terhormat, karenanya harus diwujudkan dalam aktivitas ibadah yang juga mulia dan terhormat. Bila itu sudah kita lakukan, insya Allah impian kita untuk mendapatkan 'penentuan' kehidupan yang baik dan mulia dari Allah SWT menjadi kenyataan.